
Jogja, dprd-diy.go.id – Rabu, (28/12/2016) Kaukus Perempuan Parlemen DPRD DIY, mengadakan seminar yang bertema Klitih, Kenakalan Remaja. Hj. Rany Widayati, Ketua Kaukus Perempuan Parlemen DPRD DIY, dalam sambutannya menyatakan maraknya klitih dan kenakalan remaja sangat memprihatinkan. “Klitih dan kenakalan remaja yang terjadi di DIY dipandang sebagai sesuatu yang sangat urgen untuk segera dicegah dan ditanggulangi..” Tuturnya. Menurutnya, dalam penanganan klitih dan kenakalan remaja diperlukan kerjasama berbagai pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat, pihak sekolah dan pemerintah harus ikut bertanggungjawab terhadap maraknya klitih ini. Oleh karena it, dibutuhkan komunikasi khusus yang sesuai dengan psikis anak yang berbuat klitih atau pelaku kenakalan remaja, sehingga pencegahan dan penanggulangan terhadap klitih dan kenakalan remaja dapat berhasil.
Selanjutnya seminar diisi dengan pemaparan dari Narasumber pertama dari Dr. dr Budi Pratiti, SpKj (Bag Psikiatri RSUP. DR.Sardjito/ FK-UGM Yogyakarta). Dalam paparannya, Budi menyampaikan pengertian dari klitih. Klitih ialah gaya kenakalan remaja yang bentuknya berupa anarkisme. Adapun secara psikologis klitih diartikan sebagai gangguan perilaku menentang yang terdapat pada remaja, berupa kenakalan remaja dengan melakukan tindakan anti sosial. Anti sosial ini bukan berarti yang tidak mau bergaul, pendiam dan anak rumahan. Melainkan yang nakal seperti segerombolan remaja yang suka berkumpul dan membuat kerusuhan, seperti tawuran dll.
Selain menjelaskan tentang faktor pengaruh klitih, Dr. dr Budi Pratiti, juga menerangkan tingkat penyimpangan perilaku yang dari tingkat ringan sampai berat. Perilaku tingkat ringan seperti berbohong, membolos sekolah, begadang sampai malam tanpa pamit. Sedangkan tingkat sedang, seperti mencuri dan merusak. Terakhir, tingkat berat, seperti melakukan perkosaan, kekejaman fisik dan bahkan merampok.
Narasumber lain juga turut dihadirkan dalam seminar tersebut yakni Didik Wardaya, SE, MPd, MM Kabid Plb & Dikdas, Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY. Menurutnya, faktor penyebab kenakalan remaja karena faktor internal yang meliputi : kontrol diri yang lemah, krisis identitas, ketersinggungan antar kelompok/individu, perasaan terancam. Sedangkan faktor ekternal yang meliputi: pertama, faktor keluarga (kurangnya perhatian dari orang tua), kedua, faktor sekolah (kurangnya kegiatan siswa dan adanya sekolah yang dianggap musuh. Ketiga, faktor lingkungan (letak geografis dan pergaulan siswa).
Lantas yang menjadi pertanyaan saat seminar berlangsung ialah Bagaimana komunikasi yang efektif agar klitih tidak membumi? Jika terjadi klitih dan kenakanalan remaja, bagaimana jika sekolah juga dikenakan sangsi?
Menanggapi hal tersebut, Budi Pratiti menjelaskan pentingnya penerapan komunikasi efektif dan keteladanan perlu diteladankan berbagai pihak agar anak memiliki kecenderungan meniru hal-hal positif dan mengimplementasikan ke kehidupan sehari-hari. Ia berharap agar sekolah tidak hanya mengajarkan kognitif saja terhadap anak-anak. Adapun menanggapi pertanyaan kedua, Didik Wardaya menyatakan sekolah tidak serta merta dapat dikenai sangsi begitu saja terhadap pelaku klitih/ kenakalan remaja yang melibatkan sekolah-sekolah tertentu. Masalahnya bagaimana jika saat peristiwa klitih terjadi ketika sedang masa libur seperti yang terjadi di Bantul akhir-akhir ini. (as)
kalau masih ada terus menunjukan kelemahan tindakan, dan kelemahan keamanan. kinerja kepolisian. ini sifatnya juga teror anti teror harus turun segera. interogasi terus jangan jangan ada dalangnya. semoga segera teratasi jangan sampai korban bertambah terus. selamat bekerja pak polisi.