Jogja, dprd-diy.go.id – Bulan Juni ini menjadi Bulan Bung Karno, sebab pada bulan ini terdapat momen penting terkait proklamator dan Presiden pertama Indonesia, yakni Soekarno. Kelahiran Pancasila sendiri jatuh pada tanggal 1 Juni, kelahiran Bung Karno pada 6 Juni 1901, dan wafat pada 21 Juni 1970.
Melalui tayangan ngobrol Parlemen Tribun Jogja, Kamis (09/06/2022) Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY mengungkapkan salah satu upaya DPRD DIY dalam menggelorakan Pancasila adalah dengan membuat Perda tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Ia mengungkap terdapat empat cara dalam menggelorakan Pancasila, yakni secara formal, non formal, informal, dan melalui para milenial.
“Terdapat empat jalan melalui perda ini yakni jalan formal melalui pendidikan di sekolah – sekolah di Jogja, kami tadi pagi bertemu membuat buku rujukan dan buku suplemen untuk pendidikan Pancasila. Kedua melalui jalan non formal, yaitu melalui jalan kebudayaan sosial. Ketiga jalan informal yang berbasis keluarga. Yang keempat ini adalah jalan milenial karena generasi muda punya jalan pikir yang luar biasa, mereka punya ide gagasan yang luar biasa, kalau di perda kita tampung di pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,” jelas Eko.
Eko berharap para generasi milenial ini dapat membantu DPRD DIY dan Pemda DIY dalam menyusun metode pembelajaran. Eko menjelaskan perda ini memuat penjelasan Pancasila, sejarah Pancasila, perjuangan kemerdekaan, Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pemersatu bangsa, serta aktualisasi Pancasila itu sendiri.
“Untuk generasi milenial ini saya kira sudah saatnya mereka diajak dilibatkan sebagai pelopor menggelorakan Pancasila dengan cara mereka, karena memang metode belajarnya berubah,” ungkap Eko.
Menurut Eko menggelorakan Pancasila oleh para milenial juga bisa dilakukan dengan cara – cara yang milenial juga. DPRD DIY dan Pemda DIY juga berupaya menyediakan fasilitas seperti festival musik Pancasila atau video Pancasila.
“Mendidik rakyat ada juga dengan lagu. Saya kira itu poin – poin utama untuk anak muda. Pemda dan DPRD menyediakan fasilitasi mulai misal festival musik Pancasila atau festival video tentang Pancasila misalnya,” ungkapnya.
Terkait dengan implementasi Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Eko menyebut ada empat OPD inti yang diberikan tanggung jawab. Badan Kesbangpol yang bertanggungawab atas pendidikan non formal pada masyarakat, Dinas Dikpora melalui pendidikan formal sekolah, Dinas Kebudayaan menjalankan strategi kebudayaan Sinau Pancasila, dan Badan Diklat yang khusus memberikan pendidikan pada ASN.
“Kemudian nanti kita milenial bisa terlibat dalam proses ini. Kita masih ada PR (pekerjaan rumah) membereskan pergubnya ini,” lanjutnya.
Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, Agus Wahyudi menerangkan Pancasila menjadi sumber gagasan yang terus menjadi inspirasi bersama sebagai penerus bangsa. Hal ini penting karena Pancasila membawa para penerus bangsa ini terus berupaya berkehidupan yang sesuai well ordered society.
“Pancasila jadi sumber gagasan yang akan terus hidup yang menjadi inspirasi kita sebagai generasi penerus yang memikirkan, terus bernegosiasi kepada anak bangsa tentang bagaimana berkehdupan yang baik dan benar,” ungkap Agus.
Menurutnya penting bagi milenial memahami prinsip kehidupan bernegara, sebab milenial inilah para penerus bangsa. Tujuan dari negara dibentuk itu adalah satu untuk semua dan semua untuk satu.
“Ini terjemahan bahwa kita merdeka karena di bawah kolonial akan selalu ada perbedaan dan ketidakadilan. Saya kira perlu generasi milenial belajar apa makna merdeka itu,” imbuh akademisi UGM ini. (fda)
Leave a Reply