Jogja, dprd-diy.go.id – Ketua DPRD DIY, Nuryadi, S.Pd., memimpin rapat kerja Badan Anggaran yang berlangsung pada Rabu (06/11/2024) di Ruang Rapat Paripurna Lt. 1 DPRD DIY. Rapat dilaksanakan dengan agenda paparan eksekutif terkait evaluasi capaian target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2022-2027 serta program dan kegiatan prioritas tahun 2026.
Evaluasi RPJPD DIY 2005-2025 berfokus pada upaya menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan, budaya, dan pariwisata terkemuka di Asia Tenggara pada 2025. Pemerintah Daerah DIY menekankan pada peningkatan kualitas pendidikan bertaraf internasional, pengembangan pariwisata sebagai penggerak ekonomi, dan pelestarian budaya untuk kesejahteraan masyarakat. Sinergi antara sektor pendidikan, wisata, dan budaya terus diperkuat, dengan komitmen terhadap peningkatan tata kelola pemerintahan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah DIY, Drs. Beny Suharsono, M.Si. dalam paparannya tentang evaluasi RPJPD DIY 2005-2025 siang itu. Ia juga menjelaskan terkait daftar program prioritas pembangunan tahun 2026 sesuai dengan Keputusan Gubernur Nomor 353/Kep/2021/ tentang Program Prioritas Pembangunan.
“Dalam program prioritas ini terdiri atas tiga program, yakni program pembangunan infrastruktur prioritas seperti pembangunan jalan Borobudur-Temon, program penataan/ pengembangan kawasan prioritas seperti penataan kawasan Karaton dan sumbu filosofi serta program strategis lainnya yang diprioritaskan,” terang Benny.
Ketua Komisi C DPRD DIY, Nur Subiyantoro, S.I.Kom., menekankan bahwa visi RPJMD harus sejalan dengan RPJMN, terutama untuk menghadapi isu ketahanan pangan dan pertanian.
“Presiden Prabowo telah menyoroti masalah air di Gunungkidul, sehingga perlu anggaran APBD khusus untuk mengatasinya. Pertanian di Yogyakarta sangat membutuhkan dukungan, terutama untuk mengatasi persoalan drainase dan peningkaan produksi sebagia bagian dari ketahanan pangan nasioanl,” ujar Nur Subiyantoro.
Nur Subiyantoro juga menyoroti tantangan kemacetan yang diakibatkian dari pembangunan jalan tol yang memerlukan solusi, seperti pembangunan jembatan layang dan penyesuaian lampu lalu lintas.
Lebih lanjut, Benny menyampaikan bahwa upaya meningkatkan ketahanan air masih menjadi tantangan besar. Saat ini, Prabow telah membangun sepuluh sumur bor di Gunungkidul untuk mempercepat penyediaan air. Diharapkan, pada tahun 2026, kebutuhan air di wilayah tersebut daat terpenuhi secara optimal.
“Kita telah mengalokasikan sebagian besar investasi untuk penyediaan air. Sementara itu, investasi di sektor pertanian juga terfokus pada penyediaan air, terutama bagi petani tanaman palawija. Penggunaan teknologi pertanian yang melibatkan peran milenial menjadi prioritas, mengingat semakin sedikitnya petani muda. Saat ini, kebanyakan pengajuan kegiatan berasal dari kaum milenial yang memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi, tanaman padi kini bisa ditanam sepanjang tahun.,” lanjut Beny.
Ia juga menyoroti dampak infrastruktur jalan tol yang mempercepat akses ke Yogyakarta, termasuk pembangunan Jembatan Srandakan sepanjang 1,4 km dan Kelok 18 sebagai jalur utama.
“Dampak dari tol adalah perputaran akses yang sangat cepat ke Jogja, termasuk adanya gerbang tol dan jalur selatan yang akan menjadi andalan utama, seperti Jembatan Srandakan sepanjang 1,4 km dan Kelok 18. Akses menuju Jogja kini sangat cepat dan mudah. Rekayasa lalu lintas dari Kulonprogo ke Gunungkidul juga sudah tersedia” tambahnya. (dta)
Leave a Reply