
Komisi C DPRD DIY segera melakukan koordinasi dengan sejumlah instansi menyusu adanya jalan milik provinsi DIY di kawasan desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul yang ambrol tergerus banjir. Jalan alternatif yang menjadi bahu jembatan Bintaran itu saat ini telah dipasang pembatas police line hingga hampir separo badan jalan.
Kerusakan jalan tepatnya berada Jalan Sitimulyo Km 3 arah Singosaren, Imogiri, Bantul. Talut jalan yang berada di lereng Kali Opak itu ambrol sekira 25 meter dengan kecuraman tebing tujuh sampai sepuluh meter. Dampaknya sebagian badan jalan longsor dan mengalami keretakan yang membahayakan.
Kepala Seksi Jogoboyo Desa Sitimulyo, Sutiyar mengungkapkan talut jalan ambrol sudah sekitar tiga minggu ini, seiring datangnya hujan deras yang secara terus menerus. Menurutnya, jalan ambrol bukan diakibatkan aliran air hujan dari darat namun lebih dikarenakan tekanan aliran banjir di Kali Opak. Kondisi ini oleh Pemerintah Desa telah dilaporkan dan Rabu ( 24/2/2021) telah ditinjau oleh Komisi C DPRD DIY.
“Banjirnya besar, soalnya kawasan ini pertempuran antara Kali Gawe dan Kali Opak. Nah, di selatan tidak jauh dari kawasan ini masuk juga aliran air dari Kali Kuning. Maka kalau di hulu terjadi hujan deras maka banjir bertempur di kawasan ini,” terang Sutiyar, saat menerima kunjungan lapangan Komisi C DPRD DIY bersama PU-ESDM dan Balai Besar Wilayah Sungai – Serayu Opak (BBWS-SO) di lokasi kerusakan jalan.
Kerusakan jalan itu, menurut Sutiyar juga telah dilaporkan kepada pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY. Namun, pihaknya juga meminta kepada BBWS-SO untuk segera melakukan perbaikan talut. “Karena kerusakan talut itu akibat ditabrak banjir besar, ” ujarnya.
Anggota Komisi C DPRD DIY Amir Syarifuddin mengungkapkan kerusakan talut jalan tidak lepas dari dampak ambrolnya bendung yang berada di bawah jembatan dusun Ngablak sekitar tiga Kilometer dari jembatan Bintaro. Bendung itu sudah lama ambrol dampak dari lahar merapi tahun 2010.
“Jadi, ketika bendung di Ngablak itu masih berfungsi, di wilayah ini tergenang air hingga lima meteran dan terjaga stok pasir dibawah, tapi sejak bendung hancur kondisi kali terus menggerus,” terang Amir.
Politisi PKS itu meminta kepada BBWS-SO segera membangun kembali bendung yang berada di bawah jembatan Ngablak. Sehingga diharapkan material kali terjaga dan tidak mudah tergerus.
” Jembatan Ngablak yang menjadi pembatas antara wilayah desa Siti Mulyo, Piyungan dan desa Jambidan, Banguntapan pernah mengalami anjlok. Kontruksi jembatan anjlok hingga harus ditarik keatas lagi. Hal itu dimungkinkan karena bangunan pondasi jembatan tergerus air akibat tidak berfungsinya bendung penahan air dibawah jembatan,” ujar Amir Syarifudin.
Sementara itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BBWS-SO Soni Santoso perlunya melakukan studi terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan talut jalan maupun bendung. Dari pantuan sementara di lapangan untuk talut jalan bagian dari kewenangan PU-ESDM DIY.
“Namun tentu kerusakan talut ini tetap akan kami sampaikan kepada BBWS-SO, untuk dilakukan studi dahulu,” terangnya.
Termasuk merespons kerusakan bendung di Ngablak, perlu dilaksanakan studi terlebih dahulu untuk mengetahui jenis dan tingkat kerusakan.
“Kondisi tanahnya seperti apa, bangunan yang akan disempurnakan bagaimana bisa bener-bener kuat dan kokoh. Sebab kondisi curah hujan saat ini kan berbeda dengan dulu, saat ini relatif lebih ekstrem dibanding yang dulu, tentunya mengharuskan desainnya lebih kuat dibanding yang sudah ada,” pungkas Sony
Leave a Reply