Jogja, dprd-diy.go.id – Dalam acara talkshow Bicara Jogja Istimewa yang dilaksanakan pada Selasa (18/6/20), Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto S.T., M.Si. beserta narasumber lainnya membahas terkait APBD dan Strategi Penciptaan Lapangan Kerja. Eko mengungkapkan pada saat dirinya membantu Disnakertrans memfasilitasi masyarakat dengan program Mobile Training Unit (MTU), segala aspek yang ada sudah tergolong baik, mulai dari keterampilan, guru dan fasilitas sudah memadai. Namun di samping itu, ia mengharapkan agar etos kerja yang sudah ada di masyarakat dapat diperkuat melalui pelatihan-pelatihan.
“Catatan saya waktu membantu Disnakertrans fasilitasi masyarakat, terkait dengan Mobile Training Unit (MTU) itu dari aspek keterampilan bagus, guru-gurunya oke, fasilitasnya juga oke karena diberikan alat. Nah, yang belum menurut saya itu adalah penanaman nilai-nilai itu sendiri, bahwa setelah punya peralatan dan perlengkapan, Pemda dapat menanamnkan nilai-nilai kejuangan, nilai-nilai etos kerja yang hebat. Maka sebetulnya kalau dari konsep ini, nilai-nilai etos kerja sudah ada di masyarakat, tinggal bagaimana kemudian ini diperkuat, diperkokoh melalui pelatihan-pelatihan,” ujar Eko
Lebih lanjut, dalam fakta lapangan yang ditemukan, Eko mengungkapkan bahwa saaat ini lahan pertanian mengalami penurunan yang signifikan. Hal demikian dikarenakan aspek pertanian juga memberikan kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja.
“Dari fakta lapangan juga saya temukan, saya kaget juga dengan angka lahan pertanian yang menurun signifikan, dan lahan pertanian pangan kita yang mengahsilkan padi, jagung dan lain-lain itu setiap tahun turun sekitar 120 hektar. Dalam 10 tahun terakhir per tahun 2023 yg lalu, untuk usaha pertanian mengalami penurunan sektar 26%. Rumah tangga petani juga turun sekitar 15%. Saya kira ini hal-hal yang penting, jadi aspek pertanian ini juga punya kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja,” papar Eko.
Dalam strategi penciptaan lapangan kerja, Eko memberikan tiga hal yang dapat dilakukan oleh Pemda sebagai solusi. Pertama, memperkuat etos kerja masyarakat Jogja. Kedua, menggandeng perusahaan di Jogja untuk skala mikro maupun makro dan memberikan kontribusi saham, dan yang ketiga adalah melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi.
“Jadi kemudian yang harus dilakukan Pemda ada tiga, pertama memperkuat etos kerja, yang kedua menggandeng perusahaan yang masuk di Jogja baik skala mikro maupun makro dicoba digandeng gitu ya, kemudian di situ dipastikan yang pertama punya kontribusi saham. Kalau dia ada di desa dan skalanya tidak terlalu besar bisa dengan penyertaan modal yang bisa dibantu oleh provinsi. Ketiga yakni pemda menggandeng swasta. Kalau mau cari bisnis di Jogja, tolong warga saya dilibatkan. Tidak hanya bekerja, namun juga memberikan kontribusi sahamnya. Saya kira ini harus ada beberapa terobosan, termasuk juga kerjasama dengan perguruan tinggi. Saya kira untuk mengatasi keterlambatan teknologi tadi bagus juga untuk mengadakan kerja sama dengan perguruan tinggi, sehingga pelatihannya ini melanjutkan dari yg sudah dikerjakan, kemudian ilmu yang di perguruan tinggi ditambah praktek sehari-hari yang ada di Disnakertrans. Kita masih punya PR pengangguran 3,24% dan kemiskinan masih di angka 11%. Ini angka yang jenius, meskipun ini masih di bawah rata-rata nasional, tapi angka ini akan menjadi konflik sosial jika terus dibiarkan,” jelas Eko
Kepala Bidang Perekonomian Bappeda DIY, Imam Budidharma S.T., M.Ec.Dev., menyepakati apa yang menjadi harapan Eko dalam strategi penciptaan lapangan kerja di Yogyakarta. Pihaknya menyampaikan bahwa terkait pertanian sudah ada Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang disalurkan ke desa-desa.
“Seperti yang disampaikan Pak Eko tadi, bagaimana kita mengupayakan agar produktivitas pertanian itu tumbuh sebenarnya sudah cukup banyak inisiatif yang dilakukan oleh desa. Kita membantu dalam bentuk Bantuan Keuangan Khusus (BKK) ke desa. Beberapa waktu yang lalu sebagai contoh, kami melihat di salah satu desa di Prambanan itu mereka mengusulkan upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan mengusulkan BKK kepada Gubernur yang akan digunakan untuk peningkatan jaringan irigasi dst. Hal yang menarik di situ sebenarnya juga selain ada upaya yang dilakukan oleh desa, juga di sebelahnya ada upaya yg sudah dilakukan oleh teman-teman perguruan tinggi UGM. Saya rasa kalau semacam itu bisa sinergis, saya rasa pertanian yang tadi disebutkan Pak Eko dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk kita bisa meningkatkan produktivitas pertanian,” ucap Imam.
Pada akhir acara, Eko memberikan kritik dan saran kepada Pemda agar strategi dalam menciptakan lapangan kerja ini dapat membuahkan hasil yang maksimal dengan adanya sinergi antar OPD juga dengan melakukan riset untuk melihat potensi-potensi desa yang dapat dioptimalkan.
“Kritik saya ke Pemda adalah lemahnya sinergi kolaborasi antar OPD di dalam mendesain penciptaan lapangan kerja. Ini tidak cukup Bappeda, tetapi Sekda harus turun tangan. Ini yang menurut saya perlu dan penting untuk dilakukan pemetaan. Saran saya ke Pemda adalah untuk melakukan riset guna melihat potensi berbasis kelurahan dan desa. Tahun lalu kan kita alokasikan ke desa 132 M, bukan angka yang kecil, saya kira ini perlu gotong royong untuk kemudian memotret potensi desa itu,” saran Eko. (dta)
Leave a Reply