Jogja, dprd-diy.go.id – Beberapa waktu lalu bantuan kartu tani ramai diperbincangkan karena kaitannya dengan kelangkaan pupuk. Hal ini kemudian dikaji bersama oleh pemerintah dan pihak terkait bahwa penggunaan kartu tani masih mengalami berbagai kendala.
Sudarto, Anggota Komisi B DPRD DIY menyampaikan bahwa kartu tani sendiri diberikan sebagai bentuk perhatian pemerintah atas kemudahan petani. Hanya saja penerapannya yang erat kaitannya dengan teknologi nyatanya justru menimbulkan persoalan tersendiri.
“Memang kemarin sempat ada persoalan distribusi (kartu tani) di lapangan. Tapi perlu kita pahami bahwa sebenarnya kartu tani itu baik, kartu tani itu adil. Karena tersentuh teknologi ini yang menjadi persoalan, sebab petani kita itu tua (awam teknologi),” imbuhnya, Rabu (24/03/21).
Ia menambahkan kendala lain muncul karena organisasi petani belum cukup kuat. Kesadaran petani yang cenderung rendah ini menyulitkan dalam penguatan dari internal kelompok tani itu sendiri.
“Ketentuannya memang kita harus kerja sama dengan semua pihak, baik unsur pemerintahan desa atau teman-teman Bank BRI agar sasaran pembinaan lebih terarah,” ungkapnya.
Menurutnya manajemen pertanian tidak semudah yang diduga, sebab antara kebutuhan dan penghasilan petani tidak menentu. Ia menegaskan bahwa dalam mengelola kartu tani harus benar-benar jelas arah tujuannya.
“Sehingga hari ini ditegaskan bahwa yang punya kartu tani harus anggota kelompok ini (cara) merupakan bagian manajemen kelembagaan. Harapannya seperti itu, maka ada tingkat kesadaran kolegial untuk bersama,” ungkapnya.
Ni Made Dwipanti Indrayanti, Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY mengungkapkan kendala kartu tani bisa jadi disebabkan sosialisasi yang belum baik. Ia menegaskan bahwasanya program ini merupakan program yang baik.
“Program ini sebenarnya sangat bagus ya bagaimana mendorong petani itu tetap survive ya karena sektor produksi ini kan sangat-sangat primer ya,” ungkapnya.
Made mengungkapkan kartu tani adalah upaya pemerintah memberikan kemudahan akses pupuk bersubsidi bagi petani. Ia menerangkan bahwa kartu tani tidak hanya bisa digunakan untuk mendapatkan pupuk subsidi, namun memiliki fungsi sebagai ATM dari Bank BRI.
“Kartu tani nanti dalamnya bukan cuma (untuk mendapatkan) pupuk saja, dia (kartu tani) berlakunya seperti ATM. Jadi sebenarnya mempermudah juga ya untuk transaksi,” jelas Made.
Sementara terkait dengan kebutuhan pupuk subsidi sendiri belum ada data luas lahan dan jenis komoditinya. Menurut Made data tersebut sangat penting bagi petani untuk mendapatkan pupuk subsidi sesuai kebutuhan.
“Jadi data itu sebenarnya akan menjadi bagian penting, bagaimana kemudian dari sisi petaninya bisa menginformasikan dan memperoleh kemudahan dalam mengakses (pupuk subsidi),” terangnya.
Anto Arianto selaku Wakil Pemimpin Wilayah Kanwil BRI DIY menyampaikan bahwa BRI turut membantu sosialisasi kartu tani ini. Anto mengungkapkan BRI turut melakukan upaya edukasi kepada para tani hingga ke desa-desa.
“Perbankan tidak hanya sekedar membiayai saja, namun edukasi yang paling dekat dengan kita,” ungkapnya.
Anto mengakui bahwa kendala utama dalam penggunaan kartu tani adalah para petani yang masih awam dengan teknologi. Pihaknya dalam hal ini melakukan berbagai upaya pendekatan untuk menjangkau pemahaman para petani.
“Unsur kekuatan BRI adalah silaturahminya dengan nasabah, kedekatan dengan kami itu tidak hanya sekedar itu aja, kita diperkuat dengan data,” imbuhnya.
Anton menambahkan BRI sejauh ini intens memberikan pemahaman bahwa kartu tani tidak menyulitkan. Kepada para petani dijelaskan bahwa akses kartu tani sangatlah mudah, bahkan kini dapat diakses melalui agen-agen yang tersebar di pedesaan.
“Karena memang tadi kuncinya bawa kita selalu mencoba memberi gambaran ke petani bahwa kartu tani tidak susah aksesnya juga gampang. Mungkin kalau dulu harus di ATM kalau ini tidak bisa, maka bisa lewat agen,” jelasnya. (fda)
Leave a Reply