Jogja, dprd-diy.go.id – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Miyono mengatakan bahwa sektor UMKM sangat berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian DIY dengan kontribusi sebesar 79,6% dari PDRB DIY. Menurutnya kunci pertumbuhan ekonomi DIY dapat dilakukan dengan menggerakkan sektor riil.
“UMKM berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi di DIY. UMKM DIY jumlahnya sekitar 6000, dapat tumbuh dengan menggerakkan sektor riil. Kita dorong perekonomian UMKM agar pulih dan tetap menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya saat Diskusi Kritis Media di Tarumartani 1918 pada Sabtu (25/07/2020).
Miyono mengatakan bahwa membangkitkan perekonomian tidak dapat dilakukan hanya dengan memfokuskan salah satu aspek kesehatan atau ekonomi. Menurutnya kedua aspek tersebut harus berjalan secara beriringan.
Peran Sektor Pariwisata dan Pendidikan
Penyumbang perekonomian DIY didominasi oleh sektor pariwisata dan pendidikan, menurut Miyono kedua sektor ini tentu harus mulai digerakkan kembali. Miyono menilai Pemda DIY sudah tepat dalam upaya membuka kembali pariwisata DIY. Hal ini juga sekaligus membangkitkan UMKM yang bergerak pada sektor pariwisata.
“Sektor pariwisata dan pendidikan selama ini menjadi penopang utama perekonomian DIY. Intinya jika lokomotif pariwisata dan pendidikan bergerak, UMKM yang berjalan di sektor tersebut juga ikut bergerak,” ungkapnya.
Miyono mengatakan bahwa kini DIY telah melewati titik nadir perekonomian yang terjadi pada bulan Mei lalu. Sejak bulan Juni lalu perekonomian DIY sudah mulai bergerak naik meskipun berlangsung cukup lama. Miyono mengungkapkan rasa optimisnya bahwa perekonomian DIY akan lebih meningkat pada triwulan tiga nanti.
Miyono juga mengungkapkan perekonomian ditopang oleh konsumsi dengan besaran hampir 68%. Menurutnya ketika konsumsi pemerintah tidak maksimal, dari sisi swasta juga tidak akan bergerak.
Sektor Pendidikan di DIY
Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana berbicara soal peran sektor pendidikan dalam menopang perekonomian DIY. Menurutnya banyak usaha yang bergantung pada sektor pendidikan, seperti indekos, kuliner, hingga penyedia berbagai kebutuhan pelajar atau mahasiswa. Huda juga mengungkap bahwa adanya pelajar dan mahasiswa di DIY juga mendorong peningkatan wisata.
“Di DIY ada sekitar 140 kampus, kita harapkan bisa dibuka secara bertahap, dan bisa dimulai dari beberapa universitas yang besar dulu. Menurut saya penting bagi Pemda DIY untuk segera mengajak bicara rektor-rektor perguruan tinggi. Setelah pembicaraan bisa dipilah mana hal yang bisa difasilitasi daerah mana yang menjadi tanggungjawab kampus,” ungkapnya.
Huda mengungkapkan jika memungkinkan akan ada insentif untuk pelaksanaan rapid test bagi para mahasiswa yang akan masuk ke DIY. Hal ini tentunya untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi lingkungan sekitar tempat mahasiswa tinggal juga di lingkungan kampusnya.
“Kalau perlu nanti kita (pemda) kasih insentif ke kampus untuk memastikan para mahasiswa itu masuk DIY dengan aman. Intinya bagaimana mahasiswa bisa masuk ke Jogja secara perlahan tetapi aman dari Covid-19. Selain itu, disiapkan pula tempat karantina bagi mahasiswa sebelum masuk lingkungan indekos,” tuturnya.
Sementara Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY, Ni Made Dwi Panti mengatakan bahwa saat ini pemda sudah mulai membuka perlahan sektor pariwisata. Terkait sektor pendidikan ini nantinya dapat didiskusikan kembali dengan satuan pemerintahan terkait.
Made mengungkapkan pelaksanaan protokol kesehatan hendaknya dapat digerakkan secara komperhensif dibantu dengan pendisiplinan dari pemerintah. Mengingat di sektor wisata saja masih banyak para wisatawan yang tidak mengikuti protokol kesehatan.
“Kadang-kadang wisatawan tak refleks untuk segera cuci tangan padahal tersedia wastafel. Memang susah. Budaya baru tidak mudah. Budaya berabad-abad saja sulit pertahankan. Perlu dukungan dari semua pihak,” ujarnya.
Peran Pemda DIY dalam Pengaktifan Sektor Pendidikan
Susilo, Pengurus Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY, sepakat untuk pembukaan sektor pendidikan secara bertahap yang dapat menumbuhkan perekonomian DIY. Menurutnya sektor pendidikan ini masih sulit untuk dapat berjalan dengan normal kembali, sebab masih ada kemungkinan kegiatan pembelajaran tatap muka baru berlangsung pada 2021.
Susilo menyarankan agar Pemda DIY segera merangkul pimpinan perguruan tinggi untuk membahas wacana ini. Ia mengusulkan agar beberapa universitas di DIY dapat menerapkan model perkuliah ganda, yakni memadukan sitem tatap muka dan daring (online).
Menurutnya, jika dunia pendidikan mulai berjalan normal yang tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan, dapat membantu perekonomian DIY. Roda perekonomian sekitar kampus dan juga UMKM akan berputar kembali.
“Jika kampus mulai bergerak secara bertahap dan ada pembatasan, roda perekonomian akan berputar. UMKM sekitar kampus, mulai dari jasa fotokopi, makan, laundry dan lainnya, akan kembali buka. Selama ini mereka benar-benar berhenti karena tidak ada konsumen,” kata Susilo. (fda)
Leave a Reply