
Jogja, dprd-diy.go.id – Ketua Komisi D, Koeswanto menerima audiensi dari Yayasan Edukasi Kanker Indonesia Yogyakarta pada Selasa (08/02/2022). Pada audiensi ini Yayasan Edukasi Kanker Indonesia Yogyakarta secara langsung memohon dukungan dari DPRD DIY terhadap upaya preventif berupa penyuluhan kanker di DIY.
Pembina Yayasan Edukasi Kanker Indonesia Yogyakarta, Sigit Hariyono menjelaskan kasus kanker di DIY ini sangat signifikan. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena kurangnya kesadaran masyarakat mengenai gejala dan penyebab kanker.
“Kebanyakan yang datang itu sudah kanker yang stadium lanjut. Mereka ini tidak tahu gejalanya, penyebab dan tanda-tanda kanker,” jelasnya.
Yayasan Edukasi Kanker Indonesia Yogyakarta ini berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat memahami dan mengantisipasi sejak dini. Sigit menyampaikan harapan dari langkah preventif ini adalah untuk mengurangi angka kanker di DIY.
“Kami selaku yayasan ingin mengasih edukasi dengan tujuan supaya masyarakat paham dan bisa mengantisipasi lebih awal. Karena kanker datang tidak tiba-tiba, kanker pakai proses, yang sudah sakit itu kebanyakan tidak tahu, tidak paham,” ungkap Sigit.
Selanjutnya disampaikan oleh Harti selaku Ketua Yayasan Edukasi Kanker Indonesia Yogyakarta bahwa pihaknya memohon dukungan terhadap upaya preventif ini. Ia meyakinkan kegiatan yang bersifat sosial ini tidak bisa dilakukan sendiri.
“Kami ingin mendapatkan support dari dewan, selama ini kami kami kerja mandiri. Bahwa kegiatan yang bersifat sosial tidak bisa kami lakukan sendiri. Kegiatan kami yang utama itu sosialisasi, penyuluhan, preventif, dan promotif,” terang Harti.
Ia menambahkan kasus kanker di DIY kini mencapai angka 4,98% yang lebih tinggi dari angka nasional, sementara pencegahannya sendiri masih masuk dalam urutan 15 di nasional. Angka tersebut membuat yayasan ini ingin melakukan percepatan edukasi kanker.
“Kita ketahui bahwa kanker itu memang gunung es, kita tidak bisa lihat seberapanya, dan masa inkubasi kanker itu lama. Sehingga kami ingin lakukan percepatan edukasi. Jika diketahui gejala lebih awal, maka bisa ditangani. Penderita kanker pada usia produktif ini sangat meresahkan bahkan 34% terjadi pada reproduksi perempuan,” jelasnya.
Harti berharap semangat pencegahan ini bisa dilakukan bersama-sama termasuk dengan Dinas Kesehatan DIY. Pihaknya juga menargetkan pada tahun 2030 prevalensi kanker dapat berkurang.
“Kami ingin menggugah bersama, ayo bahwa kami tidak bisa sendiri dan butuh support dari dinas (Dinas Kesehatan) juga. Kalau bisa bekerja sama dengan dinas, ini teknisnya seperti apa,” ungkapnya kepada Dinas Kesehatan.
Arip Sriyanto dari Dinas Kesehatan DIY menanggapi bahwa Dinas Kesehatan DIY sejauh ini telah memiliki tim edukasi, namun pada kenyataannya memang kesadaran masyarakat masih kurang. Ia menyambut baik keinginan dari Yayasan Edukasi Kanker Indonesia Yogyakarta untuk melakukan kerja sama.
“Prinsipnya ini yang kita tunggu. Kami tidak mungkin sendirian. Soal deteksi kanker menggunakan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) sudah disediakan, tapi memang kesadaran masyarakat memang perlu kita genjot terus. Kerja sama riil bisa kita bahas ke depan,” ungkapnya.
Koeswanto sepakat bahwa edukasi kanker ini harus didukung dari segala sisi. Oleh karenanya, ia menyampaikan kepada Dinas Kesehatan agar edukasi ini dapat dimasukkan dalam program Dinas Kesehatan sebelum pembahasan perubahan APBD DIY Tahun 2022.
“Kita sarankan untuk dicantumkan dalam anggaran di Dinkes sebelum pembahasan APBD DIY, syukur bisa masuk (anggaran) ke Dinkes,” ungkapnya. (fda)
Leave a Reply