Ketua DPRD DIY Dukung Pendidikan Tari Klasik

Jogja, dprd-diy.go.id – Rabu, (19/01/2022) DPRD DIY menerima audiensi dari Pendidikan Tari Yayasan Among Beksa (DIKRI YSAB). Diterima langsung oleh Ketua DPRD DIY Nuryadi, Yayasan ini bertujuan menyampaikan aspirasi mengenai pendidikan tari klasik terutama untuk generasi milenial.

Yata dari DIKRI YSAB menjelaskan bahwa pendidikan tari ini dalam rangka membina dan melestarikan tari klasik. Kedatangannya ke DPRD DIY bertujuan untuk meminta dukungan agar pendidikan tari ini dapat terus berjalan dengan baik.

“Kami hanya mengantarkan dan membina dan melestarikan tari klasik di luar kraton dan di dalam kraton. Kami harap DPRD bisa memberikan solusi bagaimana supaya perjalanan pendidikan ini (tari klasik) bisa baik dan lancar,” ungkapnya.

Acun K Deda, anggota lainnya menyampaikan terdapat program yang dijalankan seperti pelatihan tari dan diskusi. Selain itu tujuan pendidikan ini untuk memberi kesempatan kepada warga, khususnya warga Yogyakarta untuk mempelajari dan melestarikan tari khas Yogyakarta.

“Pendidikan tari ini sampai dengan sekarang sudah meluluskan 4.300 murid dan yang sekarang masih mengampu pendidikan ada ratusan. Sekarang sudah banyak perkembangan tari, tapi kami masih megacau pada tari klasik,” tambahnya.

Ia menyampaikan masalah seperti kurangnya sumber daya manusia dan guru dalam pendidikan tari klasik. Minimnya fasilitas juga dikatakan Acun masih menjadi kendala operasional pendidikan ini.

“Tidak semua bisa ter-cover. Dari guru atau SDM masih ada kekurangan, sebenarnya sudah ada dari yayasan tapi masih belum. Masih banyak hal yang masih kurang yakni fasilitas. Sudah ada dana, tapi sayangnya ada waktu penggunaan dan sampai sekarang pun masi banyak kerusakan (fasilitas),” jelas Acun.

Menurut penyampaian Acun, DIKRI YSAB pada tahun ini menginjak usia 70 tahun. Usia tersebut tentu bukan usia yang muda, meskipun begitu ia mengatakan masih banyak kendala terkait pendanaan terutama selama masa pandemi.

“Tiga tahun ini karena kita tidak ada program karena pandemi sehingga teman-teman juga sedikit collapse karena masalah pendanaan,” Acun melanjutkan penyampaiannya.

Padmono Anggoko menambahkan DIKRI YSAB memiliki komitmen untuk tetap mempertahankan sanggar pendidikan tari ini. Terdapat dua hal yang menjadi fokus, yakni yayasan di bawah naungan kepengurusan dan pendidikan di bawah pendidikan.

Menurutnya para tenaga dan guru di yayasan ini hanya mengandalakan loyalitasnya saja tidak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan. Ia juga berharap agar ke depannya pemerintah dapat menanggung biaya pendidikan di pendidikan yayasan tari klasik ini agar para peserta didik tidak perlu mengeluarkan biaya.

“Kami sangat  berterimakasih seandainya yayasan ini dapat difasilitasi, yang nantinya murid tidak perlu mengeluarkan biaya dan dibantu oleh pemerintah,” imbuhnya.

Purwiati dari Dinas Kebudayaan DIY menegaskan perlu adanya dukungan terhadap sanggar tari klasik. Beberapa kebutuhan seperti sarana prasarana dan infrastruktur perlu difasilitasi. Ia mengakui bahwa pihaknya belum memiliki anggaran fasilitas yang memadai.

“Anggaran fasilitas masih bisa, tahun ini ada 200 fasilitasi terdairi dari fasilitasi umum. Sanggar tari klasik memang perlu ada support dari pemerintah,” terang Purwiati.

Sementara Dyah Ayu Palupi dari Disdikpora DIY menjelaskan bahwa pelestarian tari klasik ini bisa disamakan dengan pelestarian bahasa sastra dan aksara Jawa. Menurutnya hal ini bisa semakin mewarnai pendidikan dan pembelajaran di Yogyakarta.

“Konteks tari khas Yogyakarta bisa menjadi pokok pembahasan sendiri yang bisa direncakan dan bisa mewarnai pembelajaran di Yogyakarta. Bisa dibuat kompetensinya seperti kita kerja sama dengan Dinas Kebudayaan soal pendidikan bahasa sastra dan aksara Jawa. Akan bagus kalau tari khas Jogja bisa jadi suatu konteks pendidikan,” ungkapnya.

Nuryadi mengungkapkan bahwa hal ini seharusnya bisa dimasukkan dalam anggaran dana keistimewaan, sebab masuk dalam ranah kebudayaan. Ia berupaya mengusahakan agar dana pendidikan tari klasik ini bisa diakomodir.

“Mestinya ini nanti bisa masuk di danais (dana keistimewaan). Kita ada anggaram istimewa, ini kan ranahnya masuk di budaya ya jadi mestinya bisa. Kita usahakan ada dana pendidikan sehingga (pendidikan tari klasik) bisa lebih baik,” ungkap Nuryadi.

Pada kesempatan ini Nuryadi juga sangat mendukung adanya yayasan atau sanggar yang masih aktif dalam memberikan pendidikan tari klasik. Hal ini diakuinya sangat penting dalam upaya melestarikan budaya khas Yogyakarta. (fda)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*