Jogja, dprd-diy.go.id – DPRD memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu legislasi, pengawasan, dan penganggaran. Anggaran selama 2 tahun terkahir di-refocusing untuk penanganan Covid-19. Dalam 2 tahun itu juga ada pembatasan kegiatan sehingga masyarakat harus berdiam di rumah. Hal ini tentu membuat masyarakat jenuh.
Pada tayangan Bicara Jogja Istimewa TATV, Kamis (01/09/2022), Rany Widayati, Sekretaris Komisi A DPRD DIY selaku narasumber dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa setelah pemerintah meminta masyarakat berdamai dengan Covid-19, di beberapa tempat masyarakat mulai melakukan euforia. Hingga banyak yang lupa menerapkan protokol kesehatan. Hal ini membuat tren kasus Covid-19 mulai naik kembali.
“Fungsi kami selaku pengawasan, tentu kami selalu mendorong anggaran-anggaran yang terkait dengan Covid-19 agar tidak melebihi level yang ada sekarang di DIY (level 1),” ungkap Rany.
Rany menghawatirkan angka positif Covid-19 di DIY semakin meningkat karena hal tersebut dapat mempengaruhi wisata yang ada di DIY yang saat ini perlahan mulai membaik.
“Makanya kami selalu berkoordinasi dengan BPBD dan Dinas Kesehatan untuk memantau keberlangsungan vaksin dan booster ini,” terangnya.
Agus priyanto, Kabid Sumber Kesehatan Dinas Kesehatan DIY menilai antusias masyarakat Jogja untuk vaksin sangat tinggi. Menilik ke belakang, riwayat imunisasi rutin di Jogja selalu nomor 1 di Indonesia. Tidak heran jika antusias warga terhadap vaksin ini sangat luar biasa.
BPBD DIY diungkapkan Marlina Handayani, Sekeretaris berfungsi sebagai fungsi koordinasi dan juga sebagai satgas Covid-19. Senada dengan Agus, Marlina menilai kesadaran masyarakat Jogja terhadap Covid-19 sangat tinggi.
“Jogja itu sangat istimewa. Kepedulian terhadap sesama itu sangat tinggi. Itu bisa kita lihat dari banyaknya masyarakat yang menawarkan diri untuk jadi relawan,” ungkapnya.
Perihal booster, Rany selaku Anggota Dewan DPRD DIY mengungkapkan bahwa pihaknya menargetkan 70% yang sudah booster. Namun saat ini baru menyentuh angka 38 hingga 40%. Menilai hal tersebut, Rany menyarankan adanya percepatan.
“Tidak hanya di kota tapi di seluruh daerah yang ada di DIY karena di daerah Gunung Kidul sendiri masih banyak yang belum vaksin booster bahkan untuk vaksin ke dua juga masih banyak yang belum, alasannya masih antri. Khususnya daerah-daerah wisata, harus di dorong booster,” terangnya.
Vaksin yang disuntikkan ke tubuh untuk menumbuhkan antibodi atau kekebalan. Agus mengungkapkan bahwa kekebalan tersebut tidak berlangsung seumur hidup. Vaksin yang ada sekarang belum mampu membuat kekebalan jangka panjang.
Agus menilai salah satu kendala dalam vaksin booster saat ini adalah adanya perubahan paradigma. Yang dulunya takut Covid-19, sekarang takut vaksin. Ketakutan ini dikarenakan adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau gejala yang timbul pasca vaksin booster. (Ys)
Leave a Reply